Senin, 08 November 2010

Mengenal Alam Kehidupan Yang Abadi

Arti kehidupan Dunia dan Akhirat
Kaum Muslimin rahimakumullah.Allah SWT membagi kehidupan menjadi dua bagian yakni kehidupan dunia dan akhirat. Apa yg dilakukan manusia di dunia akan berdampak dalam kehidupan akhirat enak dan tidaknya kehidupan seseorang di akhirat sangat bergantung pada bagaimana ia menjalani kehidupan di dunia ini. Manakala manusia beriman dan beramal saleh dalam kehidupan di dunia ia pun akan mendapatkan keni’matan dalam kehidupan di akhirat. Karena itu ketika seseorang berorientasi memperoleh kebahagiaan dalam kehidupan di akhirat maka ia akan menjalani kehidupan di dunia ini dgn sebaik-baiknya sebagaimana yg ditentukan oleh Allah dan Rasul-Nya. Ketika manusia berorientasi kepada kehidupan akhirat bukan berarti ia tidak boleh meni’mati kehidupan di dunia ini hal ini krn segala hal-hal yg bersifat duniawi sangat disukai oleh manusia karenanya Islam tidak pernah mengharamkan manusia utk meni’mati kehidupan duniawinya selama tidak melanggar ketentuan Allah SWT apalagi sampai melupakan Allah SWT sebagai pencipta dan pengatur dalam hidup ini. Manusia memang memandang indah segala hal yg bersifat duniawi dan itu wajar-wajar saja selama ia tidak mengabaikan tempat kembalinya. Allah SWT berfirman yg artinya “Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada apa-apa yg diingini yaitu wanita-wanita anak-anak harta yg banyak dari jenis emas perak kuda pilihan binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allahlah tempat kembali yg baik .” Hakikat Keindahan Muhammad Ali ash-Shabuny di dalam tafsirnya menyebutkan bahwa para ahli tafsir berbeda pendapat tentang siapa yg menjadikan syahwat itu sebagai sesuatu yg indah. Pendapat pertama mengatakan bahwa yg menjadikan indah adl setan dgn cara membisikkan kepada manusia dan menjadikannya tampak indah di hadapan mereka lalu mereka condong kepada syahwat itu dan lalai dalam menaati Allah SWT pendapat ini didasari pada firman Allah yg artinya “Dan setan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari Allah sehingga mereka tidak mendapat petunjuk.” Pendapat kedua mengatakan bahwa Allah-lah yg menjadikan indah terhadap syahwat sebagai ujian dan cobaan utk menentukan siapa di antara mereka yg baik perbuatannya hal ini didasari pada firman Allah yg artinya “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yg ada di bumi sebagai perhiasan baginya agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yg terbaik perbuatannya.” Dua pendapat yg nampak bertolak belakang itu sebenarnya bukan sesuatu yg bertolak belakang. Allah SWT dan setan sama-sama memiliki “kepentingan” dalam kaitan dgn syahwat manusia terhadap hal-hal yg sifatnya duniawi. Allah SWT ingin menguji manusia agar mereka dapat meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT sedangkan setan justeru ingin menjerumuskan manusia ke jalan yg sesat. Oleh krn itu ketika menafsirkan kalimat “Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yg diingini” Sayyid Quthb dalam Fi Dzilalil Qur’an mengatakan “Ungkapan kalimat ini tidak memiliki konotasi utk menganggapnya kotor dan tidak disukai. Tetapi ia hanya semata-mata menunjukkan tabiat dan dorongan-dorongannya menempatkannya pada tempat tanpa melewati batas serta tidak mengalahkan apa yg lbh mulia dan lbh tinggi dalam kehidupan serta mengajaknya utk memandang ke ufuk lain setelah menunjukkan vitalnya apa-apa yg diingini itu dgn tanpa tenggelam dan semata-mata bergelimang di dalamnya. Di sinilah keistimewaan Islam dgn memelihara fitrah manusia dan menerima kenyataannya serta berusaha mendidik merawat dan meninggikannya bukan membekukan dan mematikannya. Kaum Muslimin sidang Jumat yg berbahagia.Sebagian kalangan sufi menganggap bahwa syahwat merupakan sesuatu yg tercela karenanya harus dijauhi sehingga mereka cenderung meninggalkan dunia. Padahal bagi seorang muslim bukan tidak boleh memiliki dan meni’mati kehidupan dunia ini yg penting adl jangan sampai kehidupan dunia membuat manusia menjadi lupa dan lalai krn hal itu hanya akan membawa pada kerugian tidak hanya di dunia ini tapi juga di akhirat nanti. Allah SWT berfirman yg artinya “Hai orang-orang yg beriman janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yg berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yg rugi.” Kita memang harus mengakui bahwa syahwat itu bisa positif tapi bisa juga negatif. Kekhawatiran kita kepada hal-hal yg negatif mestinya tidak sampai kita mengharamkannya di sinilah letak pentingnya kesalehan manusia krn bila segala keni’matan duniawi itu ada di tangan orang yg saleh maka keni’matan itu akan memberikan keni’matan yg lbh besar lagi ni’mal maalu ash shalih rajulun shaleh. Akan tetapi apabila suatu keni’matan berada di tangan orang yg fasik hal itu akan sangat membahayakan tidak hanya membahayakan dirinya tapi juga membahayakan orang lain. Kehidupan akhirat memang lbh baik tapi bukan berarti kehidupan dunia ini jelek dan harus dicampakkan karenanya di dalam surat Ali Imran ayat 15 Allah SWT mengemukakan bahwa ada yg lbh baik dari kesenangan-kesenangan duniawi ayat tersebut artinya “Katakanlah ‘Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yg lbh baik dari yg demikian itu?’ Untuk orang-orang yg bertakwa pada sisi Tuhan mereka ada surga yg mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan isteri-isteri yg disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.” Disamping itu Allah SWT juga menegaskan tentang tidak haramnya meni’mati hal-hal yg bersifat duniawi sebagaimana dalam firman-Nya yg artinya “Katakanlah ‘Siapakah yg mengharamkan perhiasan dari Allah yg telah dikeluarkan-Nya utk hamba-hamba-Nya dan rezeki yg baik?’ Katakanlah ’semuanya itu disediakan bagi orang-orang yg beriman dalam kehidupan dunia khusus di akhirat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yg mengetahui.” Kaum Muslimin rahimakumullah.Dari penjelasan di atas bisa kita simpulkan bagaimana sikap yg harus kita tunjukkan kepada dunia. Paling tidak ada sikap positif yg harus kita miliki dalam memandang kehidupan dunia. Pertama capai segala keni’matan dunia dgn cara-cara yg baik dan halal bukan dgn menghalalkan segala cara dalam memperolehnya. Bahkan seandainya utk mendapatkan keni’matan itu harus dikejar sampai ke ujung dunia maka hal itu tidak menjadi masalah krn Allah SWT memang memerintahkan kepada manusia utk mencari karunia-Nya di muka bumi yg amat luas hal ini terdapat dalam firman-Nya “Apabila telah ditunaikan salat maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” Kedua gunakan apa-apa yg sudah kita peroleh dgn cara yg baik dan utk kebaikan bukan malah utk hal-hal yg bisa mendatangkan kerusakan baik kerusakan diri sendiri orang lain maupun kerusakan lingkungan hidup tempat kita menjalani kehidupan ini Allah SWT berfirman yg artinya “Dan carilah apa-apa yg telah dianugerahkan Allah kepadamu negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari duniawi dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yg berbuat kerusakan.” Ketiga jangan sampai lupa kepada Allah SWT dalam meni’mati hal-hal yg bersifat duniawi tetapi hendaknya tetap bersyukur dan beribadah kepada Allah SWT bila itu yg dilakukan maka keni’matan duniawi itu akan terasa sedemikian banyak rasa dan manfaatnya meskipun jumlahnya sedikit. Allah SWT berfirman yg artinya “Dan tatkala Tuhanmu memaklumkan ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambah kepadamu dan jika kamu mengingkari maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” Dengan demikian apa pun yg kita raih dan kita ni’mati dalam kehidupan di dunia ini semua adl dalam kerangka membekali diri kita utk kembali kepada Allah SWT dgn amal saleh yg sebanyak-banyak dan ketakwaan yg setinggi-tingginya.

Meaning In Azan Sound

Azan sentences are among the expressions most often and most often we hear every day. It is already common knowledge to all Muslims, that the sentences are sung by a muezzin when the azan, the call to get up and move and leave all sorts of activities that were carnal and immediately to God by performing the prayers. Thus, the ear is called azan because the ear is the source of movement for someone. If the ear is disturbed, a person must immediately move and react. Hence, al-kahf Ashshabul not sleep well during the 309 years since God shut their ears (al-Kahf [18]: 11). However, there is one thing that becomes the substance and the main purpose of the azan call, which calls for moving quickly achieve success, success and luck (al-falah). String of sentences azan actually give instructions to us, how victory and success should be achieved and used.
There are seven common sentence uttered by a muezzin call to prayer and a sentence structure that has been popular among Muslims; yiatu first; الله أكبر
This expression gives guidance to Muslims who want to seek and achieve victory, that he should start the motion, activity and efforts by the name of Allah the Most Great. When about to start the activity, he should remember that there is the Essence of the Most Great who always will assist and help in achieving the goals and objectives. Start something with the name of God and believe God is great, will have an impact on the emerging sense of optimism that high in a person. Even on the way, she faced various forms of barriers and obstacles, but with a belief in the Almighty God's help, he will remain steadfast in mencapi goals. The second phrase; أشهد ان لا إله إلا الله
This expression means the proclamation that there is no god who is entitled in worship besides Allah. This expression provides a guide to someone who wanted to start something for God to purify his intentions, and whatever he did was for the purpose of worship. Therefore, no human dikerjaan job, except for value of worship. That is confirmed by a letter of al-Bayyinah [98]: 5
وما أمروا إلا ليعبدوا الله مخلصين له الدين حنفاء ويقيموا الصلاة ويؤتوا الزكاة وذلك دين القيمة
It means: "And they were not ordered except to worship Allah with fear` atan purify him in (to run) with the straight religion, and that they establish prayer and practice regular charity, and that is the right religion. "
This becomes very important for someone who is about to achieve success, that for any business if not for the intention of worship would be worth nothing. Purify the intention and purpose of worship, will make someone work in earnest. Because, if then his efforts have failed, at least he got the reward from Allah swt. The third phrase, أشهد أن محمدا رسول الله
This expression will provide clues kpeda human existence sublime and perfect human figure who must serve as an example and role model. Prophet Muhammad PBUH. is the figure of workers who are very successful in achieving each goal and point. By mentioning the name of the prophet Muhammad. peace be upon him, man was ordered to make him as a role model, exemplary in every activity and action to achieve success. Prophet Muhammad PBUH. is a tenacious worker, smart, tough, patient, sincere and so forth. It is familiar to every human being, that for the work he needed an example. Surely, that must be taken as an example is the best and most successful. This type of crate that is only present in the Prophet. The expression of the fourth, حي على الصلاة
Calls to immediately implement the prayers give direction to any who would start something, that must begin with worship, prayers. Worship God will bring calmness to a person, and if God had meredhainya keinginanya surely all will be realized with perfect and success will be achieved easily. That is reminded of God in the letter al-Khamis [62]: 10 فإذا قضيت الصلاة فانتشروا في الأرض وابتغوا من فضل الله واذكروا الله كثيرا لعلكم تفلحون It means:
 "Where prayer has been fulfilled, then bertebaranlah you in the land and seek God's bounty and remember Allah much-much that ye may prosper." In siamping it, pray as one form of remembrance of God, is something that can bring peace of mind for the perpetrators. If someone works with a calm heart and mind is clear, certainly kesukesan will be easily achieved. The expression of the fifth; حي على الفلاح
 this invitation is the ultimate goal of human effort, that is success. However, this success will be obtained if one begins with the things that have been mentioned before, start with the name of Allah, purify the intention to worship, the best example of (Prophet), and begin to worship (prayers). If it's already filled you will definitely succeed. However, after the success achieved, must comply by the expression of the sixth; ألله أكبر
With the phrase Allah is the Greatest after a victory, people will realize that the success and success is obtained thanks to the help and the help of Allah swt. None of that can happen in nature without the permission of Allah. The recognition of this, will menjadaikan human to always humble with success, and not turn into a pompous and arrogant man. End of the expression call to prayer is
لا إله إلا الله
With the expression that there is no god has the right to be worshiped but Allah after success, will make people realize that success has been achieved kembalai must necessarily be used for the purpose of worship and devotion to God. How many, people who successfully achieve its goals, but success does not bring much benefit to other humans, not even for himself.
With this ungkpan the closing of success, it is hoped that any success would make the owner into a human, the more useful, usable and closer to God through the intensity of his worship, both kuntitas and quality.

Rabu, 03 November 2010

Hubungan Seksual Suami-Istri Secara Islami

Kenikmatan Di Sertai Pahala
Masalah hubungan antara suami-istri pengaruhnya sangat besar dalam kehidupan, maka hendaknya memperhatikan dan menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan kesalahan dan kerusakan terhadap kelangsungan hubungan suami-istri. Kesalahan yang bertumpuk dapat mengakibatkan kehancuran bagi kehidupan keluarganya, agama Islam dengan nyata tidak mengabaikan segi-segi dari kehidupan manusia dan kehidupan berkeluarga, yang telah diterangkan tentang perintah dan larangannya. Semua telah tercantum dalam ajaran-ajaran Islam misalnya mengenai akhlak, tabiat, suluk, dan sebagainya. Tidak ada satu hal pun yang diabaikan (dilalaikan).
1. Islam telah menetapkan pengakuan bagi fitrah manusia dan dorongannya seksual, serta      ditentangnya tindakan ekstrim yang condong menganggap hal itu kotor. Oleh karena
itu Islam melarang bagi orang yang hendak menghilangkan dan memfungsikannya dengan cara menentang orang yang berkehendak untuk selamanya menjadi bujang dan meninggalkan sunnah Nabi saw, yaitu MENIKAH.
Nabi saw. telah menyatakan sebagai berikut:
“Aku lebih mengenal Allah daripada kamu dan aku lebih khusyu kepada Allah daripada kamu, tetapi aku bangun malam, tidur, berpuasa, tidak berpuasa dan menikahi wanita. Maka, barangsiapa yang tidak senang (mengakui) sunnahku, maka dia bukan termasuk golonganku.”
2. Islam telah menerangkan atas hal-hal kedua pasangan setelah pernikahan, mengenai hubungannya dengan cara menerima dorongan akan masalah-masalah seksual, bahkan mengerjakannya dianggap suatu ibadat. Sebagaimana keterangan Nabi saw: Di kemaluan kamu ada sedekah (pahala).” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah ketika kami bersetubuh dengan istri akan mendapat pahala?” Rasulullah saw. menjawab, “Ya. Andaikata bersetubuh pada tempat yang dilarang (diharamkan) itu berdosa. Begitu juga dilakukan pada tempat yang halal, pasti mendapat pahala. Kamu hanya menghitung hal-hal yang buruk saja, akan tetapi tidak menghitung hal-hal yang baik. Berdasarkan tabiat dan fitrah, biasanya pihak laki-laki yang lebih agresif, tidak memiliki kesabaran dan kurang dapat menahan diri. Sebaliknya wanita itu bersikap pemalu dan dapat menahan diri karenanya diharuskan bagi wanita menerima dan menaati panggilan suami.
 Sebagaimana dijelaskan dalam hadist: Jika istri dipanggil oleh suaminya karena perlu, maka supaya segera datang walaupun dia sedang masak.(H.r. Tirmidzi)
Dianjurkan oleh Nabi saw. Supaya istri jangan sampai menolak kehendak suaminya tanpa alasan yang dapat menimbulkan kemarahan atau menyebabkannya menyimpang ke jalan yang tidak baik atau membuatnya gelisah dan tegang dalam pembinaan rumah tangga.
Nabi saw. telah bersabda:
“Jika suami mengajak tidur Istri lalu dia menolak, kemudian suaminya marah kepadanya, maka malaikat akan melaknat dia sampai pagi.” (H.r. Muttafaq Alaih).
Keadaan yang demikian itu jika dilakukan tanpa uzur (alasan) yang masuk akal, misalnya sakit, letih, berhalangan, atau hal-hal yang layak. Bagi suami supaya menjaga hal itu menerima alasan tersebut dan sadar bahwa Allah swt adalah Tuhan bagi hamba-hambaNya Yang Maha Pemberi Rezeki dan Hidayat, dengan menerima uzur hambaNya. Dan hendaknya hambaNya juga menerima uzur (alasan) tersebut.
Selanjutnya Islam juga telah melarang bagi seorang istri yang berpuasa sunnah tanpa seizin suaminya, karena baginya lebih diutamakan untuk memelihara haknya dari pada mendapat pahala puasa.
Nabi saw. bersabda: Dilarang bagi si istri (puasa sunnah) sedangkan suaminya ada, kecuali dengan izinnya.” (H.r. Muttafaq Alaih).
Disamping dipeliharanya hak kaum laki-laki (suami) dalam Islam, tidak lupa hak wanita (istri) juga harus dipelihara dalam segala hal. Nabi saw. menyatakan kepada laki-laki
(suami) yang terus-menerus puasa dan bangun malam.
Beliau bersabda:
Sesungguhnya bagi jasadmu ada hak dan hagi keluargamu (istrimu) ada hak.
Abu Hamid Al-Ghazali, ahli fiqih dan tasawuf? dalam kitab Ihya’ mengenai adab bersetubuh, beliau berkata: “Disunnahkan memulainya dengan membaca Bismillahirrahmaanir- rahiim dan berdoa, sebagaimana Nabi saw. mengatakan:
“Ya Allah,jauhkanlah aku dan setan dan jauhkanlah setan dari apa yang Engkau berikan kepadaku’.”
Rasulullah saw. melanjutkan sabdanya, “Jika mendapat anak, maka tidak akan diganggu oleh setan.”

Al-Ghazali berkata, “Dalam suasana ini (akan bersetubuh) hendaknya didahului dengan kata-kata manis, bermesra-mesraan dan sebagainya dan menutup diri mereka dengan selimut, jangan telanjang menyerupai binatang. Sang suami harus memelihara suasana dan menyesuaikan diri sehingga kedua pasangan sama-sama dapat menikmati dan merasa puas.
Tujuan utama dari jimak (bersetubuh) itu ialah:
1. Dipeliharanya nasab (keturunan), sehingga mencapai jumlah yang ditetapkan menurut takdir Allah.
2. Mengeluarkan air yang dapat mengganggu kesehatan badan jika ditahan terus.
3. Mencapai maksud dan merasakan kenikmatan, sebagaimana kelak di surga.
Ditambah lagi mengenai manfaatnya, yaitu: Menundukkan pandangan, menahan nafsu, menguatkan jiwa dan agar tidak berbuat serong atau berselingkuh bagi kedua pasangan.
Nabi saw. telahmenyatakan:
“Yang aku cintai di antara duniamu adalah wanita dan wewangian.”
Selanjutnya Nabi saw. bersabda:
“Wahai para pemuda. Barangsiapa yang mampu melaksanakan pernikahan, maka hendaknya menikah. Sesungguhnya hal itu menundukkan penglihatan dan memelihara kemaluan.
Kemudian Ibnul Qayyim berkata, “Sebaiknya sebelum bersetubuh hendaknya diajak bersenda-gurau dan menciumnya, sebagaimana Rasulullah saw. melakukannya.”
Ini semua menunjukkan bahwa para ulama dalam usaha mencari jalan baik tidak bersifat konservatif, bahkan tidak kalah kemajuannya daripada penemuan-penemuan atau pendapat masa kini yang dapat disimpulkan di sini adalah bahwa sesungguhnya Islam telah mengenal hubungan seksual diantara kedua pasangan, suami istri, yang telah diterangkan dalam Al-Qur’anul Karim pada Surat Al-Baqarah yang ada hubungannya dengan peraturan keluarga.

Firman Allah swt.:
Dihalalkan bagi kamu pada malam hari puasa bercampur dengan istri-istri kamu, mereka itu adalah pakaian bagimu dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu dan makan minumlah kamu hingga jelas bagimu benang putih dari benang hitam yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam (tetapi)
janganlah kamu campuri mereka itu sedangkan kamu beriktikaf dalam masjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya …” (Q.s. Al-Baqarah: 187).
Tidak ada kata yang lebih indah dan lebih benar mengenai hubungan antara suami-istri, kecuali yang telah disebutkan yaitu: “Mereka itu adalah pakaian bagimu dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka.” (Q.s. Al-Baqarah 187).
Pada ayat lain juga diterangkan, yaitu:
Mereka bertanya kepadamu tentang haid, katakanlah: Haid itu adalah suatu kotoran oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid dan janganlah kamu mendekati mereka sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.
Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok tanammu itu dengan cara bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu dan taqwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemuiNya. Dan berilah kabar gembira bagi orang-orang yang beriman.” (Q.s.
Al-Baqarah: 222-223).

-Datangilah Tanah Tempat Bercocok Tanammu Dengan Cara Bagaimanapun Kamu Kehendaki-

Wanita Sholehah

Ciri-ciri Wanita Sholehah
Tidak banyak syarat yang dikenakan oleh Islam untuk seseorang wanita untuk menerima gelar solehah dan seterusnya menerima pahala syurga yang penuh kenikmatan dari Allah s.w.t.
Mereka hanya perlu memenuhi 2 syarat saja yaitu:
1. Taat kepada Allah dan RasulNya
2. Taat kepada suami
Perincian dari dua syarat di atas adalah sebagai berikut:
1. Taat kepada Allah dan RasulNya
Bagaimana yang dikatakan taat kepada Allah s.w.t. ?
- Mencintai Allah s.w.t. dan Rasulullah s.a.w. melebihi dari segala-galanya
- Wajib menutup aurat
- Tidak berhias dan berperangai seperti wanita jahiliah
- Tidak bermusafir atau bersama dengan lelaki dewasa kecuali ada bersamanya
- Sering membantu lelaki dalam perkara kebenaran, kebajikan dan taqwa
- Berbuat baik kepada orang tua
- Sentiasa bersedekah baik dalam keadaan susah ataupun senang
- Tidak berkhalwat dengan lelaki dewasa
- Bersikap baik terhadap tetangga
2. Taat kepada suami
- Memelihara kewajipan terhadap suami
- Sentiasa menyenangkan suami
- Menjaga kehormatan diri dan harta suaminya selama suami tiada di rumah
- Tidak cemberut di hadapan suami
- Tidak menolak ajakan suami untuk tidur
- Tidak keluar tanpa izin suami
- Tidak meninggikan suara melebihi suara suami
- Tidak membantah suaminya dalam kebenaran
- Tidak menerima tamu yang dibenci suaminya
- Sentiasa memelihara diri, kebersihan fisik & kecantikannya serta rumah tangga

FAKTOR YANG MERENDAHKAN MARTABAT WANITA
Sebenarnya puncak rendahnya martabat wanita adalah datang dari faktor dalam. Bukanlah
faktor luar atau yang berbentuk material sebagaimana yang digembar-gemborkan oleh para
pejuang hak-hak palsu wanita.
Ada 4 Faktor-faktor ialah:
1) Lupa mengingat Allah
Kerana terlalu sibuk dengan tugas dan kegiatan luar atau memelihara anak-anak, maka tidak heran jika banyak wanita yang tidak menyadari bahwa dirinya telah lalai dari mengingat Allah. Dan saat kelalaian ini pada hakikatnya merupakan saat yang paling berbahaya bagi diri mereka, di mana syetan akan mengarahkan hawa nafsu agar memainkan peranannya.
Firman Allah s.w.t. di dalam surah al-Jathiah, ayat 23: artinya:
" Maka sudahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya
dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmunya. Dan Allah telah mengunci mati
pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya.
Sabda Rasulullah s.a.w.: artinya:
"Tidak sempurna iman seseorang dari kamu, sehingga dia merasa cenderung kepada apa yang
telah aku sampaikan." (Riwayat Tarmizi)
Mengingati Allah s.w.t. bukan saja dengan berzikir, tetapi termasuklah menghadiri majlis-majlis ilmu.
2) Mudah tertipu dengan keindahan dunia
Keindahan dunia dan kemewahannya memang banyak menjebak wanita ke perangkapnya.
Bukan itu saja, malahan syetan dengan mudah memperalatkannya untuk menarik kaum lelaki
agar sama-sama bergelimang dengan dosa dan noda.
Tidak sedikit yang sanggup durhaka kepada Allah s.w.t. hanya kerana kenikmatan dunia yang
terlalu sedikit.
Firman Allah s.w.t. di dalam surah al-An`am: artinya:
" Dan tidaklah penghidupan dunia ini melainkan permainan dan kelalaian dan sesungguhnya
negeri akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, oleh karena itu tidakkah kamu
berfikir."
3) Mudah terpedaya dengan syahwat
4) Lemah iman
5) Bersikap suka menunjuk-nunjuk

WANITA BERHIAS DI SALON KECANTIKAN & PRIA BERTATO

WANITA BERHIAS DI SALON KECANTIKAN&PRIA BERTATO
Agama Islam menentang kehidupan yang bersifat kesengsaraan dan menyiksa diri, sebagaimana yang telah dipraktekkan oleh sebagian dari pemeluk agama lain dan aliran tertentu. Agama Islam pun menganjurkan bagi ummatnya untuk selalu tampak indah dengan cara sederhana dan layak yang tidak berlebih-lebihan. Bahkan Islam menganjurkan di saat hendak mengerjakan ibadat, supaya berhias diri disamping menjaga kebersihan dan kesucian tempat maupun pakaian.
Allah swt. berfirman:
“Berpakailah pakaianmu yang indah pada setiap (memasuki) masjid.(Q.s.Al-A’raaf: 31)
Bila Islam sudah menetapkan hal-hal yang indah, baik bagi laki-laki maupun wanita maka terhadap wanita Islam lebih memberi perhatian dan kelonggaran karena fitrahnya sebagaimana dibolehkannya memakai kain sutera dan perhiasan emas dimana hal itu diharamkan bagi kaum laki-laki.
Adapun hal-hal yang dianggap oleh manusia baik tetapi membawa kerusakan dan perubahan pada tubuhnya dari yang telah diciptakan oleh Allah swt, dimana perubahan itu tidak layak bagi fitrah manusia tentu hal itu pengaruh dari perbuatan setan yang hendak memperdayakannya. Oleh karena itu perbuatan tersebut dilarang sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw.:
“Allah melaknati pembuatan tatto, yaitu menusukkan jarum ke kulit dengan warna yang berupa tulisan, gambar bunga, simbol-simbol dan sebagainya, mempertajam gigi, memendekkan atau menyambung rambut dengan rambut orang lain, (yang bersifat palsu, menipu dan sebagainya).” (Hadis shahih).
Sebagaimana riwayat Said bin Musayyab, salah seorang sahabat Nabi saw. ketika Muawiyah berada di Madinah setelah beliau berpidato: Tiba-tiba mengeluarkan segenggam rambut dan mengatakan, “Inilah rambut yang dinamakan Nabi saw. Azzur yang artinya atwashilah (penyambung) yang dipakai oleh wanita untuk menyambung rambutnya hal itulah yang dilarang oleh Rasulullah saw dan tentu hal itu adalah perbuatan orang-orang Yahudi. Bagaimana dengan Anda wahai para ulama, apakah kalian tidak melarang hal itu? Padahal aku telah mendengar sabda Nabi saw. yang artinya: Sesungguhnya terbinasanya orang-orang Israel itu karena para wanitanya memakai itu (rambut palsu) terus-menerus’.” (H.r. Bukhari).
Nabi saw. menamakan perbuatan itu sebagai suatu bentuk kepalsuan supaya tampak hikmah sebab dilarangnya hal itu bagi kaum wanita, dan karena hal itu juga merupakan sebagian
dari tipu muslihat. Bagi wanita yang menghias rambut atau lainnya di salon-salon kecantikan sedang yang menanganinya (karyawannya) adalah kaum laki-laki. Hal itu jelas dilarang karena bukan saja bertemu dengan laki-laki yang bukan muhrimnya tetapi lebih dari itu sudah pasti itu haram, walaupun dilakukan di rumah sendiri. Bagi wanita Muslimah yang tujuannya taat kepada agama dan Tuhannya sebaiknya berhias diri di rumahnya sendiri untuk suaminya, bukan di luar rumah atau di tengah jalan untuk orang lain. Yang demikian itu adalah tingkah laku kaum Yahudi yang menginginkan cara-cara modern.

MENUTUP RAMBUT BAGI WANITA

MENUTUP RAMBUT BAGI WANITA
Telah menjadi suatu ijma’ bagi kaum Muslimin di semua negara dan di setiap masa pada semua golongan Fuqaha, Ulama, Ahli-ahli Hadist dan Ahli Tasawuf, bahwa rambut wanita itu termasuk perhiasan yang wajib ditutup, tidak boleh dibuka di hadapan orang yang bukan muhrimnya.
Adapun sanad dan dalil dari ijma’ tersebut ialah ayat Al-Qur’an:
Katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya,   memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) tampak darinya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya.(Q.s. An-Nuur: 31).
Maka, berdasarkan ayat di atas Allah swt telah melarang bagi wanita Mukminat untuk memperlihatkan perhiasannya kecuali yang lahir (biasa tampak). Di antara para ulama, baik dahulu maupun sekarang  tidak ada yang mengatakan bahwa rambut wanita itu termasuk hal hal yang lahir bahkan ulama-ulama yang berpandangan luas hal itu digolongkan perhiasan yang tidak tampak. Dalam tafsirnya, Al-Qurthubi mengatakan Allah swt telah melarang kepada kaum wanita agar dia tidak menampakkan perhiasannya (keindahannya) kecuali kepada orang-orang tertentu (Muhrimnya).
Ibnu Mas’ud berkata: “Perhiasan yang lahir (biasa tampak) ialah pakaian.” Ditambahkan oleh Ibnu Jubair, “Wajah” Ditambah pula oleh Sa’id Ibnu Jubair dan Al-Auzai, “Wajah dan kedua tangan dan pakaian.”Ibnu Abbas, Qatadah dan Al-Masuri Ibnu Makhramah berkata,
“Perhiasan (keindahan) yang lahir itu ialah celak, perhiasan dan cincin termasuk dibolehkan (mubah).”
Ibnu Atiyah berkata, Yang jelas bagi saya ialah yang sesuai dengan arti ayat tersebut, bahwa wanita diperintahkan untuk tidak menampakkan dirinya dalam keadaan berhias yang indah dan supaya berusaha menutupi hal itu. Perkecualian pada bagian-bagian yang kiranya berat untuk menutupinya karena darurat dan sukar misalnya wajah dan tangan.
Berkata Al-Qurthubi: Pandangan Ibnu Atiyah tersebut baik sekali, karena biasanya wajah dan kedua tangan itu tampak di waktu biasa dan ketika melakukan amal ibadat, misalnya shalat, ibadat haji dan sebagainya. Hal yang demikian ini sesuai dengan apa yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Aisyah r.a. bahwa ketika Asma’ binti Abu Bakar r.a. bertemu dengan Rasulullah saw, ketika itu Asma’ sedang mengenakan pakaian tipis, lalu Rasulullah saw. memalingkan muka seraya bersabda:
“Wahai Asma’! Sesungguhnya jika seorang wanita sudah sampai masa haid, maka tidak layak lagi bagi dirinya menampakkannya, kecuali ini …” (beliau mengisyaratkan pada muka dan tangannya).
Dengan demikian, sabda Rasulullah saw. itu menunjukkan bahwa rambut wanita tidak termasuk perhiasan yang boleh ditampakkan, kecuali wajah dan tangan.
Allah swt telah memerintahkan bagi kaum wanita Mukmin dalam ayat di atas untuk menutup tempat-tempat yang biasanya terbuka di bagian dada. Arti Al-Khimar itu ialah “kain untuk menutup kepala,” sebagaimana surban bagi laki-laki. Sebagaimana keterangan para ulama dan ahli tafsir. Hal ini (hadis yang menganjurkan menutup kepala) tidak terdapat pada hadist manapun.
Al-Qurthubi berkata, “Sebab turunnya ayat tersebut ialah bahwa pada masa itu kaum wanita jika menutup kepala dengan akhmirah (kerudung/Jilbab), maka kerudung itu ditarik ke belakang, sehingga dada, leher dan telinganya tidak tertutup. Maka, Allah swt. memerintahkan untuk menutup bagian mukanya, yaitu dada dan lainnya.”
Dalam riwayat Al-Bukhari, bahwa Aisyah r.a. telah berkata, “Mudah-mudahan wanita yang berhijrah itu dirahmati Allah.” Ketika turun ayat tersebut, mereka segera merobek pakaiannya untuk menutupi apa yang terbuka.
Ketika Aisyah r.a. didatangi oleh Hafsah, kemenakannya, anak dari saudaranya yang bernama Abdurrahman r.a. dengan memakai kerudung (khamirah) yang tipis di bagian lehernya, Aisyah r.a. lalu berkata, “Ini amat tipis, tidak dapat menutupinya.

Membentuk Keluarga Sakinah wa Rahmah

Membentuk Keluarga Sakinah wa Rahmah

Dengan memasuki dunia baru bagi pasangan baru atau lebih dikenal dengan pengantin baru memang merupakan suatu hal yang benar-benar sangat membahagiakan, tetapi bukan berarti tanpa kesulitan dalam membina rumah tangga. Dari pertama kali melangkah ke pelaminan, semuanya sudah akan terasa lain. Lepas dari ketergantungan terhadap orang tua, saudara dan teman-teman, untuk kemudian mencoba hidup bersama orang  yang mungkin belum pernah hidup bersama sebelumnya. Semua ini memerlukan persiapan khusus walaupun sebelumnya sudah kenal, agar tidak terjebak dalam sebuah dilema rumah tangga yang dapat mendatangkan penyesalan di kemudian hari. Diantara persiapan yang harus dilakukan oleh pasangan baru yang akan mengarungi bahtera rumah tangga:
• Persiapan Mental.
Perpindahan dari dunia remaja memasuki fase dewasa  di bawah naungan perkawinan akan sangat berpengaruh terhadap psikologis, sehingga diperlukan persiapan mental dalam menyandang jabatan baru, sebagai ibu rumah tangga atau kepala rumah tangga. kalaupun sekarang anda telah terlanjur menyandang predikat tersebut sebelum anda sempat berpikir sebelumnya, anda belum terlambat. Anda bisa memulainya dari sekarang, menyiapkan mental anda lewat buku-buku bacaan tentang cara-cara berumah tangga, atau anda dapat belajar dari orang-orang terdekat, yang dapat memberikan nasehat bagi rumah tangga anda.

• Mengenali Pasangan.
Kalau dulu orang dekat anda adalah ibu, teman, atau saudara anda yang telah anda kenal sejak kecil, tetapi sekarang orang yang nomor satu bagi anda adalah pasangan anda. Walaupun pasangan anda adalah orang yang telah anda kenal sebelumnya, katakanlah dalam masa pacaran, tetapi hal ini belumlah menjamin bahwa anda telah benar-benar mengenal kepribadiannya. Akan tetapi keadaannya lain dengan sewaktu di masa pacaran, apalagi jika pasangan anda adalah orang yang belum pernah anda kenal sebelumnya disini lah perlu adanya penyesuaian-penyesuaian. Anda harus mengenal lebih jauh bagi pasangan anda, segala kekurangan dan kelebihannya, untuk kemudian anda pahami bagaimana sebaiknya anda bersikap, tanpa harus mempersoalkan semuanya. Karena sesungguhnya anda bersama pasangan anda hidup dalam rumah tangga untuk saling melengkapi satu dengan yang lainnya, sehingga tercipta keharmonisan di dalamnya agar rumah tangga menjadi Baiti Jannati (Rumahku Surgaku).

• Menyusun Agenda Kegiatan.
Kesibukan anda sebagai ibu rumah tangga atau kepala rumah tangga tentunya akan lebih banyak menyita waktu di banding ketika saat masih sendiri. Hari-hari kemarin bisa saja mengikuti segala macam kegiatan yang di sukai kapan saja maunya. Persoalannya sekarang adalah tidak sendiri lg, kehadiran pasangan disamping anda tidak boleh abaikan. Akan tetapi dengar kehadiran hal baru ini tak perlu menarik diri dari aktifitas atau kegiatan yang di butuhkan. Tetapi buat lah agenda atau membagi waktu untuk efektifitas kerja dan pilih kegiatan apa yang sekiranya dapat di ikuti sesuai dengan waktu yang di miliki dengan tanpa mengganggu tugas autama sebagai ibu rumah tangga atau kepala rumah tangga.

• Mempelajari Kesenangan Pasangan.
Perhatian-perhatian kecil akan mempunyai nilai tersendiri bagi pasangan anda, apalagi di awal perkawinan dapat melakukannya dengan mempelajari kesenangan pasangan/istri mulai dari selera makan, kebiasaan, hobi yang tersimpan dan lainnya. Tidak menjadi masalah jika ternyata apa yang disenanginya tidak kita  senangi.

• Adaptasi Lingkungan.
Lingkungan keluarga, famili dan masyarakat baru sudah pasti akan anda hadapi. Anda harus bisa membawa diri untuk masuk dalam kebiasaan-kebiasaan (adat) yang ada di dalamnya. Kalau anda siap menerima kehadiran pasangan anda, berarti pula anda harus siap menerimanya bersama keluarga dan masyarakat disekitarnya. Awalnya mungkin anda akan merasa asing, kaku, tapi semuanya akan terbiasa jika anda mau membuka diri untuk bergaul dengan mereka, mengikuti adat yang ada, walaupun anda kurang menyukainya. Sehingga akan terjalin keakraban antara anda dengan keluarga, famili dan lingkungan masyarakat yang baru. Karena hakekat pernikahan bukan perkawinan antara anda dan pasangan anda, tetapi, lebih luas lagi antara keluarga anda dan keluarga pasangan anda, antara desa anda dengan desa pasangan anda, antara bahasa anda dengan bahasa pasangan anda, antara kebiasaan (adat) anda dengan kebiasaan pasangan anda.

•  Menanamkan rasa saling percaya.
Tidak salah jika suatu saat anda merasa curiga dan cemburu. Tetapi harus anda ingat, faktor apa yang membuat anda cemburu dan seberapa besar porsinya. Tidak lucu jika anda melakukannya hanya dengan berdasar perasaan. Hal itu boleh saja untuk sekedar mengungkapkan rasa cinta, tetapi tidak baik juga kalau terlalu berlebihan. Sebaiknya anda menanamkan sikap saling percaya, sehingga anda akan merasa tenang, tidak diperbudak oleh perasaan sendiri. Yakinkan, bahwa pasangan anda adalah orang terbaik yang anda kenal, yang sangat anda cintai dan buktikan juga bahwa anda sangat membutuhkan kehadirannya, kemudian bersikaplah secara terbuka.

•  Musyawarah.
Persoalan-persoalan yang timbul dalam rumah tangga harus dihadapi secara dewasa. Upayakan dalam memecahkan persoalan anda mengajak pasangan anda untuk bermusyawarah. Demikian juga dalam mengatur perencanaan-perencanaan dalam rumah tangga, sekecil apapun masalah yang anda hadapi, semudah apapun rencana yang anda susun. Anda bisa memilih waktu-waktu yang tepat untuk saling tukar pikiran, bisa di saat santai, nonton atau dimana saja sekiranya pasangan anda sedang dalam keadaan bugar.

• Menciptakan suasana Islami.
Suasana Islami ini bisa anda bentuk melalui penataan ruang, gerak, tingkah laku keseharian anda dan lain-lain. Sholat berjama’ah bersama pasangan anda, ngaji bersama (tidak perlu setiap waktu, cukup habis maghrib atau shubuh), mendatangi majlis ta’lim bersama dan memnbuat kegiatan yang Islami dalam rumah tangga anda. Hal ini akan menambah eratnya ikatan bathin antara anda dan pasangan anda. Dari sini akan terbentuk suasana Islami, Sakinah, Mawaddah wa Rahmah. Insya’allah.


   

Senin, 01 November 2010

Langkah-langkah Membina Rumah Tangga yang Sakinah

CARA MERAIH KEHIDUPAN YANG SAKINAH

Enam kebutuhan mendasar pria dan wanita:
1. Wanita membutuhkan perhatian, dan pria membutuhkan kepercayaan
2. Wanita membutuhkan pengertian, dan pria membutuhkan penerimaan
3. Wanita membutuhkan rasa hormat, dan pria membutuhkan penghargaan
4. Wanita membutuhkan kesetiaan, dan pria membutuhkan kekaguman
5. Wanita membutuhkan penegasan, dan pria membutuhkan persetujuan
6. Wanita membutuhkan jaminan, dan pria membutuhkan dorongan

Setiap insan yang hidup pasti menginginkan dan mendambakan suatu kehidupan yang bahagia,tentram,sejahtera,penuh dengan keamanan dan ketenangan atau bisa dikatakan kehidupan yang sakinah, karena memang sifat dasar manusia adalah senantiasa condong kepada hal-hal yang bisa menentramkan jiwa serta membahagiakan anggota badannya, sehingga berbagai cara dan usaha ditempuh untuk meraih kehidupan yang sakinah tersebut.
Pembaca yang budiman, sesungguhnya sebuah kehidupan yang sakinah, yang dibangun diatas rasa cinta dan kasih sayang, tentu sangat berarti dan bernilai dalam sebuah rumah tangga. Betapa tidak, bagi seorang pria atau seorang wanita yang akan membangun sebuah rumah tangga melalui tali pernikahan, pasti berharap dan bercita-cita bisa membentuk sebuah rumah tangga yang sakinah, ataupun bagi yang telah menjalani kehidupan berumah tangga senantiasa berupaya untuk meraih kehidupan yang sakinah tersebut.

HAKEKAT KEHIDUPAN RUMAH TANGGA YANG SAKINAH
 Pembaca yang budiman, telah disebutkan tadi bahwasanya setiap pribadi, terkhusus mereka yang telah berumah tangga, pasti dan sangat berkeinginan untuk merasakan kehidupan yang sakinah, sehingga kita menyaksikan berbagai macam cara dan usaha serta berbagai jenis metode ditempuh, yang mana semuanya itu dibangun diatas presepsi yang berbeda dalam mencapai tujuan kehidupan yang sakinah tadi. Maka nampak di pandangan kita sebagian orang ada yang berusaha mencari dan menumpuk harta kekayaan sebanyak-banyaknya, karena mereka menganggap bahwa dengan harta itulah akan diraih kehidupan yang sakinah. Ada pula yang senantiasa berupaya untuk menyehatkan dan memperindah tubuhnya, karena memang di benak mereka kehidupan yang sakinah itu terletak pada kesehatan fisik dan keindahan bentuk tubuh. Disana ada juga yang berpandangan bahwa kehidupan yang sakinah bisa diperoleh semata-mata pada makanan yang lezat dan beraneka ragam, tempat tinggal yang luas dan megah, serta pasangan hidup yang rupawan, sehingga mereka berupaya dengan sekuat tenaga untuk mendapatkan itu semua. Akan tetapi, pembaca yang budiman, perlu kita ketahui dan pahami terlebih dahulu apa sebenarnya hakekat kehidupan yang sakinah dalam sebuah kehidupan rumah tangga.
Sesungguhnya hakekat kehidupan yang sakinah adalah suatu kehidupan yang dilandasi mawaddah warohmah (cinta dan kasih sayang) dari Allah subhanahu wata’ala Pencipta alam semesta ini. Yakni sebuah kehidupan yang dirihdoi Allah, yang mana para pelakunya/orang yang menjalani kehidupan tersebut senantiasa berusaha dan mencari keridhoan Allah dan rasulNya, dengan cara melakukan setiap apa yang diperintahkan dan meninggalkan segala apa yang dilarang oleh Allah dan rasulNya.
Maka kesimpulannya, bahwa hakekat sebuah kehidupan rumah tangga yang sakinah adalah terletak pada realisasi/penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan berumah tangga yang bertujuan mencari ridho Allah subhanahu wata’ala. Karena memang hakekat ketenangan jiwa (sakinah) itu adalah ketenangan yang terbimbing dengan agama dan datang dari sisi Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana firman Allah (artinya):

“Dia-lah yang telah menurunkan sakinah (ketenangan) ke dalam hati orang-orang yang beriman agar keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada).” (Al Fath: 4)

BIMBINGAN RASULULLAH DALAM KEHIDUPAN BERUMAH TANGGA
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selaku uswatun hasanah (suri tauladan yang baik) yang patut dicontoh telah membimbing umatnya dalam hidup berumah tangga agar tercapai sebuah kehidupan rumah tangga yang sakinah mawaddah warohmah. Bimbingan tersebut baik secara lisan melalui sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam maupun secara amaliah, yakni dengan perbuatan/contoh yang beliau shalallahu ‘alaihi wasallam lakukan. Diantaranya adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa menghasung seorang suami dan isteri untuk saling ta’awun (tolong menolong, bahu membahu, bantu membantu) dan bekerja sama dalam bentuk saling menasehati dan saling mengingatkan dalam kebaikan dan ketakwaan, sebagaimana sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam:

اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ فَإِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلَعِ أَعْلَاهُ فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ فَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ

Nasehatilah isteri-isteri kalian dengan cara yang baik, karena sesungguhnya para wanita diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok dan yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah bagian atasnya (paling atas), maka jika kalian (para suami) keras dalam meluruskannya (membimbingnya), pasti kalian akan mematahkannya. Dan jika kalian membiarkannya (yakni tidak membimbingnya), maka tetap akan bengkok. Nasehatilah isteri-isteri (para wanita) dengan cara yang baik.(Muttafaqun ‘alaihi. Hadits shohih, dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)
Dalam hadits tersebut, kita melihat bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membimbing para suami untuk senantiasa mendidik dan menasehati isteri-isteri mereka dengan cara yang baik, lembut dan terus-menerus atau berkesinambungan dalam menasehatinya. Hal ini ditunjukkan dengan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam:

وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ

yakni jika kalian para suami tidak menasehati mereka (para isteri), maka mereka tetap dalam keadaan bengkok.
artinya tetap dalam keadaan salah dan keliru. Karena memang wanita itu lemah dan kurang akal dan agamanya, serta mempunyai sifat kebengkokan karena diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok sebagaimana disebutkan dalam hadits tadi, sehingga senantiasa butuh terhadap nasehat.
Akan tetapi tidak menutup kemungkinan juga bahkan ini dianjurkan bagi seorang isteri untuk memberikan nasehat kepada suaminya dengan cara yang baik pula, karena nasehat sangat dibutuhkan bagi siapa saja. Dan bagi siapa saja yang mampu hendaklah dilakukan. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya):

“Dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Al ‘Ashr: 3)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ

Agama itu nasehat. (HR. Muslim no. 55)

Maka sebuah rumah tangga akan tetap kokoh dan akan meraih suatu kehidupan yang sakinah, insya Allah, dengan adanya sikap saling menasehati dalam kebaikan dan ketakwaan.

DIANTARA TIPS/CARA MERAIH KEHIDUPAN YANG SAKINAH
1. Berdzikir
Ketahuilah, dengan berdzikir dan memperbanyak dzikir kepada Allah, maka seseorang akan memperoleh ketenangan dalam hidup (sakinah). Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya):
“Ketahuilah, dengan berdzikir kepada Allah, (maka) hati (jiwa) akan (menjadi) tenang.” (Ar Ra’d: 28)
Baik dzikir dengan makna khusus, yaitu dengan melafazhkan dzikir-dzikir tertentu yang telah disyariatkan, misal:

أَسْتَغْفِرُالله ,

dan lain-lain, maupun dzikir dengan makna umum, yaitu mengingat, sehingga mencakup/meliputi segala jenis ibadah atau kekuatan yang dilakukan seorang hamba dalam rangka mengingat Allah subhanahu wata’ala, seperti sholat, shoum (puasa), shodaqoh, dan lain-lain.

2. Menuntut ilmu agama
    Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ

Tidaklah berkumpul suatu kaum/kelompok disalah satu rumah dari rumah-rumah Allah (masjid), (yang mana) mereka membaca Al Qur`an dan mengkajinya diantara mereka, kecuali akan turun (dari sisi Allah subhanahu wata’ala) kepada mereka as sakinah (ketenangan).(Muttafaqun ‘alaihi. Hadits shohih, dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)

Dalam hadits diatas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan kabar gembira bagi mereka yang mempelajari Al Qur`an (ilmu agama), baik dengan mempelajari cara membaca maupun dengan membaca sekaligus mengaji makna serta tafsirnya, yaitu bahwasanya Allah akan menurunkan as sakinah (ketenangan jiwa) pada mereka.
Pembaca yang budiman, demikianlah diantara beberapa hal yang bisa dijadikan tips untuk meraih dan membina rumah tangga yang sakinah. Wallahu a’lam. Semoga kajian ringkas ini dapat kita terapkan dalam hidup berkeluarga sehingga Allah menjadikan keluarga kita keluarga yang sakinah mawaddah warohmah. Amiin, Ya Rabbal alamiin.

Hal yang utama ;
  1. Setiap laki-laki (terutama yang akan menjadi suami) harus dapat mencari nafkah untuk diri sendiri (dan wajib untuk keluarga, untuk yang sudah berkeluarga).
  2. Penghasilan yang didapat oleh perempuan adalah untuk dirinya sendiri, tidak harus diberikan kepada keluarga.
  3. Secara kodratinya manusia akan berusaha membentuk keluarga, otomatis setiap laki-laki akan menjadi ayah dan setiap perempuan akan menjadi ibu.
  4.  Setiap laki-laki yang menjadi ayah harus dapat menjamin bahwa anaknya dapat tumbuh dengan baik di lingkungan yang sehat, yang tentu saja berkaitan dengan kemampuan menghidupi keluarga (menafkahi).
  5. Setiap perempuan harus dapat menjadi ibu bagi anak-anaknya, berarti merawat, mendidik, dan membesarkannya.

Wassalam Semoga Bermamfaat Bagi Pembaca

20 Petunjuk Mencari Istri

Rasulullah SAW bersabda :
Perempuan dinikahi atas landasan Empat perkara yaitu: karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Akan tetapi pilihlah berdasarkan agamanya agar dirimu selamat.” (H.R.Bukhari dan Muslim).

20 Petunjuk Mencari Istri
  1. Taat Beragama
  2. Dari Lingkungan yang Baik
  3. Perawan
  4. Penyabar
  5. Memikat Hati
  6. Amanah
  7. Tidak Bersolek Bila Keluar Rumah
  8. Kufu’ dalam Beragama
  9. Tidak Materialis
  10. Senang Menyambung Ikatan Kerabat
  11. Pandai Menyimpan Rahasia
  12. Subur
  13. Tabah Menderita
  14. Bukan Pencemburu Buta
  15. Perangai dan Kata-katanya Menyenangkan
  16. Mudah Dilamar
  17. Besar Cintanya
  18. Patuh dan Taat
  19. Hemat
  20. Besar Kasih Sayangnya kepada Anak Kecil
Laki-laki yang ingin menikahi seorang perempuan, hendaklah memperhatikan sifat ini pada diri calon istrinya. Jika ternyata calon istri memlilki sifat semacam ini, laki-laki tersebut sangat beruntung. Anak-anaknya kelak dapat dipastikan memperoleh asuhan, pemeliharaan, perlindungan dan bimbingan dari seseorang yang benar - benar bersedia berkorban demi anak-anaknya yang dicintainya. Ia tidak akan mengeluh saat mengasuh dan menghadapi kenakalan anak-anaknya. Ia menghadapi kenakalan anaknya dengan perasaan ringan dan penuh kesabaran, sehingga anak-anaknya berkembang dengan penuh kebebasan dan keceriaan di rumah dan di lingkungannya. Hal ini sangat membantu suami untuk mencurahkan pikiran dan tenaganya dalam memenuhi kebutuhan keluarga secara maksimal.

Untuk mengetahui seberapa jauh calon istri mempunyai kasih sayang kepada anak-anak dapat dilakukan pengamatan dan penyelidikan melalui cara-cara sebagai berikut :
  • Mengamati pergaulannya dengan anak-anak apakah ia sabar bergaul dengan anak-anak atau tidak.
  • Menanyakan kepada teman-teman dekatnya atau kepada kerabat dekatnya, atau kepada tetangga dekatnya atau kepada adik-adiknya apakah ia memiliki sifat tersebut atau tidak.
Karena anak-anak sangat membutuhkan ibu yang besar kasih sayangnya kepada mereka, setiap laki-laki yang hendak mengambil seorang perempuan sebagai istrinya hendaklah mengutamakan yang besar kasih sayangnya kepada anak kecil. Istri semacam ini besar harapan dapat mendampinginya untuk membina rumah tangga yang penuh dengan suasana gembira, ceria dan bahagia.
Rasulullah SAW bersabda dalam Hadits berikut :
“Sesungguhnya wanita yang terbaik di antara kamu ialah yang subur, besar cintanya, teguh memegang rahasia, tabah menderita, mengurus keluarganya, patuh terhadap suaminya, pesolek bagi suaminya, membentengi dirinya dari laki-laki lain, mau mendengar ucapan suami dan menaati perintahnya, dan bila bersendirian dengan suaminya ia pasrahkan dirinya pada kehendak suaminya, serta tidak berlaku dingin kepada suaminya.” 
(H.R. Thusy)
Istri yang shalih adalah perhiasan terindah bagi suaminya. Peran istri dalam kehidupan suami sangatlah besar. Istri yang shalih dapat membina rumah tangga sakinah dan penuh berkah. Istri seperti inilah yang menjadi dambaan setiap lelaki muslim.